9 Tokoh NU yang Terkenal Sebagai Pahlawan Nasional

Tanggal 31 Januari , merupakan hari dimana Nadhlatul Ulama bangkit. Organisasi yang berdiri di tahun 1926 ini punya andil yang besar dalam meningkatkan kualitas masyarakat semenjak zaman penjajahan hingga sekarang. Beberapa tokoh NU bahkan menjadi hero nasional karena kiprahnya yang besar bagi negara dan penduduk . Berikut tokoh-tokoh NU yang bergelar pendekar nasional yang dikutip dari aneka macam sumber,

1. Hadratussyekh KH Hasyim Asyari

Hadratussyekh KH Hasyim As’yari yakni tokoh utama dan pendiri Nahdatul Ulama pada 31 Januari 1926. Ia merupakan satu-satunya penyandang gelar Rais Akbar NU sampai selesai hayatnya dan tak pernah ada lagi sampai sekarang. Ia ditetapkan sebagai hero nasional pada tahun 17 November 1964 berkat jasanya yang berperan besar dalam pendidikan lewat NU dan melawan penjajah. Salah satu di antara jasanya untuk negara ini ialah menetapkan NU untuk mengeluarkan Resolusi Jihad fi Sabilillah yang direkomendasikan untuk pemerintah RI yang baru berdiri dan Jihad fi Sabilillah untuk umat Islam dengan fatwa, setiap orang akil balig cukup akal yang berada dalam radius 90 km dari medan peperangan melawan penjajah wajib berperang. Keduanya diputuskan menjadi pernyataan resmi organisasi NU pada 22 Oktober 1945. Tanggal tersebut lalu dijadikan selaku Hari Santri Nasional.

2. KH Abdul Wahid Hasyim

KH Abdul Wahid Hasyim yakni putra Hadratussyekh KH Hasyim As’yari dan ayah dari presiden keempat RI KH Abdurrahmann Wahid. Ia ialah salah satu anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Di pondok pesantren Tebuireng ia mempelopori masuknya ilmu wawasan umum ke dunia pesantren dengan mendirikan Madrasah Nidzmiyah dengan ilmu umum 70 persen, ilmu agama 30 persen. Ia ditetapkan selaku pahlawan nasional pada tanggal 17 November 1960.

3. KH Zainul Arifin

KH Zainul Arifin, ialah tokoh NU asal Barus, Sumatera Utara. Keturunan raja-raja Barus ini aktif di NU semenjak muda melalui kader dakwah. Di antara jasanya adalah pada pembentukan pasukan semi militer Hizbullah. Kemudian menjadi panglimanya. Ia pernah menjadi perdana menteri Indonesia, Ketua dewan perwakilan rakyat-GR. Selain itu, beliau juga berjasa dalam menjadi anggota tubuh pekerja Komite Nasional Pusat. Pemerintah memutuskan dirinya sebagai pendekar nasional pada 4 maret 1963.

4. KH Zainal Musthafa

KH Zainal Musthafa merupakan tokoh NU dari Tasikmalaya. Ia pernah menjadi salah seorang Wakil Rais Syuriyah. Ia salah seorang kiai yang secara jelas-terangan melawan para penjajah Belanda. Ketika Belanda lengser dan diganti penjajah Jepang, beliau tetap menolak kehadiran mereka. Bersama para santrinya, KH Zainal Musthafa melawan Jepang. Atas jasanya beliau dianugerahi sebagai satria nasional pada1972.

5. KH Idham Chalid

Idham Chalid pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR. Selain selaku politikus, beliau ialah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada tahun 1956-1984. Hingga dikala ini ia merupakan ketua paling lama di ormas bentukan para kiai ini. Atas jasanya, dia ditetapkan sebagai hero pada 8 November 2011. Kemudian pada 19 Desember 2016, Pemerintah mengabadikannya di pecahan uang kertas rupiah baru, serpihan Rp 5 ribu.

6. KH Abdul Wahab Chasbullah

KH Abdul Wahab Chasbullah merupakan salah seorang pendiri NU. Sebelumnya, beliau pendiri kalangan diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran), pendiri Madrasah Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negeri), pendiri Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Pedagang). Sejak 1924, dia menganjurkan agar dibentuk perhimpunan ulama untuk melindungi kepentingan kaum tradisionalis yang bermazhab. Usulannya terwujud dengan mendirikan NU pada 1926 bareng kiai-kiai lain. Ia juga salah seorang penggagas MIAI, pernah menjadi Rais ‘Aam PBNU. Kiai yang wafat pada 29 Desember 1971 itu mendapatkan gelar satria pada 8 November 2014.

7. KH As’ad Syamsul Arifin

KH As’ad Syamsul Arifin salah seorang kiai berperang melawan penjajah. Ia menjadi pemimpin para pejuang di Situbondo, Jember maupun Bondowoso, Jawa Timur. Di abad revolusi fisik, Kiai As’ad menjadi motor yang menggerakkan massa dalam pertempuran melawan penjajah pada 10 November 1945.

Selepas kemerdekaan, Kiai As’ad menjadi penggagas ekonomi-sosial masyarakat. Ia menyerap aspirasi dari warga kemudian mendorong pemerintah tempat, menteri, maupun presiden guna merealisasikan pembangunan yang merata. Kiai As’ad juga berperan menerangkan kedudukan Pancasila tidak akan mengusik nilai-nilai keislaman. Atas jasa-jasanya, ia menerima anugerah pahlawan pada 9 November 2016.

8. KH Syam’un

KH Syam’un merupakan pengurus NU di Serang, banten. Ia pernah hadir di Muktamar NU keempat di Semarang pada 1929, pada Muktamar NU kelima di Pekalongan 1930 dan pada Muktamar NU kesebelas di Banjarmasin pada 1936. KH Syam’un selain alim dalam keilmuan, menguasai tiga bahasa abnormal dan pernah mengajar di Arab Saudi pada abad mudanya. Ketika kembali ke Tanah Air, beliau bergabung dengan laskar. Ia pernah menjadi perwira tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA). Ia juga pernah menjadi Komandan Batalyon berpangkat daidancho atau mayor tahun 1943. Tahun 1944 dilantik jadi Komandan Batalion PETA berpangkat mayor, memimpin 567-600 orang pasukan. Saat TKR dibentuk 5 Oktober 1945, pangkatnya naik jadi kolonel, Komandan Divisi l TKR dengan memimpin 10.000 orang pasukan. Tahun 1948, beliau naik pangkat brigadir jenderal. Ia memimpin gerilya di kawasan Banten, hingga wafatnya tahun 1949. Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah RI pada 8 November 2018.

9. KH Masykur

KH Masjkur yaitu tokoh Nahdlatul Ulama pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Di antara kontribusinya semasa hidup ialah ikut terlibat merumuskan Pancasila sebagai dasar negara. KH Masjkur juga tercatat selaku pendiri Pembela Tanah Air (Peta) yang lalu menjadi unsur laskar rakyat dan TNI di seluruh Jawa. Ketika peperangan 10 November 1945, namanya muncul selaku pemimpin Barisan Sabilillah. Ia pernah menjadi Menteri Agama Indonesia pada 1947 hingga 1949 dan 1953 sampai 1955. Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI kala 1956 hingga 1971 dan anggota Dewan Pertimbangan Agung pada 1968. Selain itu, Kiai Masjkur berpartisipasi membangun budpekerti anak bangsa dengan mendirikan Yayasan Sabililah, lembaga penduduk yang bergelut di bidang pendidikan. Ia ditetapkan pemerintah selaku hero nasional oleh pemerintah pada 8 November 2019.

 HALAMAN

123

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *