HUMOR SANTRI

 

"Keyword" "kata kata humor santri" "humor santri salafi" "humor santri zaman now" "cerpen santri gokil" "humor santri milenial" "humor kang santri" "humor kyai dan santri" "guyonan santri nahwu"

Tertawa ala santri sering kali muncul karena keunikan mereka. Untuk cerita-cerita itu, Pondok Pesantren, khususnya pesantren NU yaitu gudangnya.

Seperti diceritakan oleh Gus Yahya Cholil Staquf, pengasuh pondok pesantren Raudlatul Tholibin Rembang. Ia juga menyimpan beberapa cerita lucu yang sepertinya tak mungkin terjadi di luar pesantren.

pertama diceritakan santri bernama Darkum yang ingin menyiksa setan. Di pondok, Darkum mengolah masakan sambal terong (terong dibakar dan dilengkapi dengan sambal terasi). Sebagai minuman ia merencanakan air rendaman intip (kerak nasi).

“Ayo…Ayo,” ajak Darkum, ditirukan Gus Yahya.

Setelah sahabat dan temannya berkumpul dan akan menyantap, Darkum menyebutkan satu syarat. Yakni sebelum makan dilarang membaca bismillah.

“Serius ini. Pokoknya yang baca bismillah gak boleh makan,” kata Darkum.

“Maksudnya apa?” teman-temannya bertanya.

“Makanan dan minuman itu, bila dibacai bismillah, setan nggak mampu ikut makan-minum, makanya jangan dibacakan semoga setan ikut makan,” Darkum berusaha meyakinkan tetapi tak menjelaskan tujuannya.

“Kok gitu?”

“Sudahlah. Nurut saja. Pokoknya jangan baca bismillah. Awas kalau baca bismillah nggak boleh makan,” kata Darkum.

Benarlah. Mereka semua makan. Pesta sambal terong pun dimulai. Semua sungguh lahap makan. Usai makan, semua monyong-monyong alasannya kepedasan. Sambel terong yang disiapkan itu sungguh pedas.

“Jangan khawatir kepedasan. Aku sudah siapkan penawarnya,” kata Darkum sambil menunjukkan air dalam kendi.

Teman-temannya serta-merta berebut hendak minum. Tapi Darkum menahan mereka. Ia mengajukan satu syarat untuk minum.

“Kali ini sebelum minum mesti baca bismillah. Harus. Kalau nggak baca nggak boleh minum,” kata Darkum.

Teman-temannya bengong tak paham. Darkum kemudian menceritakan bahwa dengan dibacakan bismillah, setan tak bisa ikut minum.

“Biar setan tahu rasa jika ia kepedasan. Nggak mampu minum penawarnya. Gitu aja kok bingung,” kata Darkum.

Kedua. Gus Yahya juga bercerita tentang perlakuan khusus seorang kyai terhadap santrinya. Tiap-tiap santri menerima tata cara pembelajaran yang berlainan.

Ada yang disuruh menulis saja. Ada yang bahkan hingga disuruh memalsukan secara persis. Namun ada juga yang diperlakukan sungguh demokratis. Gus Yahya Staquf pernah menjadi santri di aneka macam pondok pesantren. Salah satunya di pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta.

“Kamu sorogan ya, Nak,” Dawuh KH Ali Maksum, pengasuh pondok pesantren Al Munawwir Krapyak kepada anak yang baru lulus Sekolah Dasar.

“Sorogan itu apa, mbah Kyai?” tanya si anak.

“Setiap habis subuh kau baca kitab di depanku,” kata KH Ali Maksum.

“Kitab itu apa, Mbah?” si anak tak paham.

“Kitab itu ya buku,” kata Mbah Ali.

“Yang dibaca buku apa?” tanya anak itu lagi.

“Terserah kamu,” Mbah Ali sangat demokratis.

Keesokan paginya, Gus Yahya bareng santri-santri lain sedang membaca kitab di hadapan KH Ali Maksum. Tiba-tiba terdengar suara anak kecil keras sekali di sebelahnya.

“Pulau Buton menciptakan aspal!” suara anak kecil itu mengejutkan.

Ternyata anak itu sedang membaca buku Pelajaran Geografi untuk SMP.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *