Kisah Sedekahnya Abu Muslim

 

Kisah Barokah Sedekahnya Abu Muslim

Cerita dari Usman bin Atha’ mengenai keluarga Abu Muslim :

Suatu hari istri Abu muslim mengeluh pada suaminya, Abu Muslim,”Wahai suamiku, persediaan tepung kita telah habis, Apakah engkau mempunyai uang untuk membeli tepung lagi untuk dimasak hari ini?”. . “Masih tersisa 1 dirham dari penjualan kain pintal.” jawab Abu Muslim. “Ya sudah belikan tepung saja untuk makan hari ini.” Jawab istrinya. Dengan bergegas Abu Muslim membawa bungkusan kantong kulit yang berisi uang 1 dirham untuk  membelikan tepung buat makan keluarganya ke pasar. Ia berhenti pada seorang penjual bahan makanan. Namun ada seorang pengemis yang meminta-minta padanya.”Tuan bersedekahlah engkau padaku.” Karena uang yang ada hanya dan tinggal 1 dirham dan pas hanya untuk membeli tepung 1 kantong maka Abu Muslim menghindarinya, dan mencari warung bahan makanan yang lainnya. Namun pengemis ini selalu mengikutinya dan memanggilnya. Abu Muslim terus berusaha menghindari pengemis itu. Dan pada saat ditemukan warung bahan makanan yang terlihat jauh dari pandangan pengemis tadi, ia sedikti merasa lega. Tapi apa yang terjadi sungguh diluar dugaan, pas di belokan kearah warung yang akan dituju, justru pengemis tadi sudah memergokinya. Rupanya pengemis itu selalu mengikutinya tanpa kenal putus asa. Akhirnya Abu Muslim menyerah dan memberikan satu satunya uang 1 dirham pemberian istrinya. Ia tidak jadi membeli tepung makanan.

Ia pulang dengan hati galau kalau-kalau sang istri tidak berkenan dengannya nanti. Ia putar otaknya seraya menyerahkan semua takdirnya hanya kepada yang Maha Pemberi Rezeki. Untuk menggembirakan istrinya, ia mengisi kantong kulitnya dengan serbuk potongan kayu dicampur tanah, kemudian ia membawanya pulang. Dengan membawa kantong yang seolah-olah berisi bahan makanan ia berpikir istrinya tidak langsung kecewa melihat kedatangannya. Rencananya ia akan menjelaskan pada istrinya apa yang sesungguhnya terjadi dan kenapa ia mengisi kantong kulitnya dengan serbuk potongan kayu yang bercampur tanah sepulangnya dari masjid nanti.

Ia mengetuk pintu rumahnya. Sementara hatinya berdebar keras. Istrinya membukakan pintu, ia segera meletakan kantongnya dibalik pintu agar istrinya tidak langsung membukanya. Ia kemudian duduk sejenak, dan langsung meminta ijin ke istrinya untuk pergi ke masjid. Ia bermaksud iktikaf di sana. Hitung-hitung sembari menghindari kemarahan istrinya jika istrinya nanti membuka kantong kulit yang diletakannya di balik pintu. Bagitu ia bergumam dalam hatinya. 

Ia pergi ke masjid sementara Abu Muslim tidak tahu kalau kantongnya sudah dibuka oleh istrinya untuk persiapan dimasak. Sang istri membuka kantong kulitnya tetap dengan persaan biasa karena yang dipikirannya isinya tepung. istrinya menemukan tepung yang baik lagi banyak. Ia segera membuka adonan dan menyiapkan untuk makan siang.

Kala senja tiba, Abu Muslim pulang. Dan istrinya menaruh hidangan roti di atas meja makan. Abu Muslim terheran-heran. Ia bertanya pada istrinya,”Dari mana engkau dapatkan semua ini, istriku.? “Dari tepung yang telah engkau belikan.”Jawab istrinya. “Subhanalloh” dengan menitikan air mata Abu Muslim baru menyadari apabila pengemis yang mengikutinya dari sejak awal bukan pengemis yang biasa ditemuinya seperti biasa di pasar. Dan kenapa ada pengemis kok mengikuti terus dan kenapa yang diikuti terus kok saya, Abu Muslim?. Dengan perlahan sambil menceritakan kejadian yang telah terjadi di pasar sampai dengan kenapa kantongnya diputuskan diisinya dengan serbuk potongan kayu dan tanah kepada istrinya semata-mata hanya untuk mencari waktu yang tepat agar ia bisa menceritakan pada saat yang tepat. Rupanya yang Maha pemberi rezeki berkehendak lain. Sedekahnya kepada pengemis tadi pagi membawa berkah dan hikmah tersendiri bagi keluarga Abu Muslim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *