KISAH SYAIKH ABDUL QODIR DAN PEMABUK


KISAH SYAIKH ABDUL QODIR DAN PEMABUK

Sulthanul Aulia (Rajanya Para Wali), Syaikh Muhammad Muhyiddin Abdil Qodir Al Jaelani memiliki sejuta karomah (kestimewaan) dari Allah Ta’ala. Berikut kisah Syaikh Abdul Qodir Al Jaelani yang dipaparkan oleh Al Habib Thohir bin Abdullah Al Kaff dalam Acara Haul Ke-10


Hadratusy Syeikh Achmad  Asrori Al Ishaqi ra. pada tanggal 02 Mei 2019/ 27 Sya’ban 1440 H.

***

Suatu hari, kanjeng Syaikh Abdul Qodir al Jaelani bersama-sama santri-santrinya sedang berjalan melewati sebuah gang di kota Baghdad Lama. Tetiba mereka bertemu dengan seorang pemabuk yang sedang terbaring di selokan di pinggir jalan. Pakaiannya kotor dan kumuh, Tanpa terduga, Pemabuk itu menghentikan langkah rombongan Syaikh Abdul Qodir Al Jailani dan santri-santrinya.

Ia Memanggil-manggil Syaikh Abdul Qodir Al Jaelani seraya berkata,

“‘Wahai Abdul Qodir, Allah itu Maha kuasa atau tidak?”

Sambil tersenyum ramah Syaikh Abdul Qodir AL Jaelani menjawab pertanyaan itu,”‘Tentu, Allah Maha Kuasa.”

Seolah tidak mendengar jawaban Syaikh Abdul Qodir AL Jaelani, pemabuk bertanya kembali,

“‘Wahai Abdul Qodir, Allah itu Maha Kuasa atau tidak?”

Dengan senyum penuh kasih sayang, Syaikh Abdul Qodir Al Jaelani meladeni pertanyaan pemabuk itu ,”Pasti, Allah adalah Dzat Maha Kuasa Atas segala-Nya .”

Untuk Yg ketiga kali-Nya , Pemabuk itu mengajukan pertanyaan yang sama,”‘Wahai Abdul Qodir,

Allah itu Maha Kuasa atau tidak?”

Disaat pertanyaan yang ketiga, tetiba Syaikh Abdul Qodir Al Jaelani menangis tersedu, Beliau Bersujud kepada Allah lalu Berkata, “Demi Allah ,Wahai saudaraku, Allah itu Maha kuasa, Maha Kuasa, Maha Kuasa.”

Setelah itu Syaikh Abdul Qodir AL Jaelani memerintahkan kepada santri-santrinya untuk membawa pemabuk itu ke pondok dan memandikannya. Mereka juga di perintahkan untuk memuliakan dan melayani dengan sebaik-baiknya.

Melihat sikap dan tindakan gurunya, para santri itu terkejut dan penasaran. Akhirnya, mereka memberanikan diri untuk bertanya tentang rahasia di balik pertanyaan pemabuk itu.

Syaikh Abdul Qodir Al Jaelani mendengar pertanyaan santri-santrinya dengan sabar penuh perhatian. Beliau lalu berkata,”Wahai Anak-Anakku, maksud pertanyaan pertama pemabuk itu adalah, apakah Allah Maha Kuasa untuk menerima taubatku atau tidak?

Maka aku jawab : “Tentu, Allah Maha Kuasa untuk menerima taubatmu!”

Sedangkan, maksud pertanyaan yang kedua adalah, “Apakah Allah Maha Kuasa menjadikanku berada pada kedudukanmu?”

Maka aku menjawab, “Tentu, Allah Maha Kuasa untuk itu.

Dan pertanyaan yang ketiga maksudnya, “Apakah Allah Maha Kuasa menjadikanmu berada di posisiku?”

Pertanyaan ketiga inilah yang menyebabkanku menangis karena takut kepada Allah , lalu aku jawab dengan hati berrgetar: “Tentu,  Allah Maha Kuasa, Maha Kuasa, Maha Kuasa.

Pertanyaan itu pula yang mendorongku untuk bersujud dan berdoa kepada Allah agar tidak menjadikanku merasa aman terhadap rencana Allah, semoga Allah memelihara kesehatanku dan menutup aibku. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *