Tips Menjadi Pengguna Media Sosial Yang Cerdas Dalam Menangkap Atau Memilih Dakwah.

Era media sosial beriringan dengan cepatnya arus informasi global. Konten yang memuat dakwah pun tak sedikit. Karenanya, pengguna media sosial dituntut untuk cerdas dalam menangkap atau mengambil dakwah.

Pengurus Lembaga Dakwah PBNU, KH Soleh Sofyan mengungkapkan empat cara menjadi pengguna media sosial yang cerdas dalam menangkap atau memilih dakwah.

“Yang pertama tangkap dulu apa yang kita perlukan, (misalnya) saya perlu bagaimana cara untuk wudhu, cari silakan di situ kan ada. Setelah anda menangkap cara berwudhu, maka kemudian cari referensi yang lain, yang sekiranya memperkuat. Itu penting,” ujarnya pada Jagat Dakwah Nahdlatul Ulama “Dakwah Efektif di Era Milenial dan Digital” yang tayang di TVNU, Kamis (14/7/2022) siang.

Kedua, lanjutnya, hindari mengambil dakwah yang bersifat provokatif, dan memojokkan satu kelompok dengan cara menjelekkan.

“Kalau dalam rangka untuk berdebat, dan sebagainya itu urusan lain. Tetapi kalau kemudian memojokkan, dan menganggap rendah itu menjadi problem,” katanya. 

Ketiga, memilih dan mengambil dakwah yang tidak menunjukkan afiliasi pada partai-partai atau kelompok tertentu yang berpotensi terjadinya perpecahan antara satu dan lainnya. 

“Keempat, jangan pernah menerjemahkan bahasa dakwah itu untuk tujuan pribadi, untuk sebuah komersil. Karena saya yakin para kiai, para ustadz itu dakwahnya adalah karena murni memang li’ilai kalimatillah,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa tidak etis ketika ada orang menangkap dakwah itu dengan baik, tetapi digunakan untuk keburukan. Banyak terjadi seorang kiai ceramahnya panjang, tetapi kemudian video ceramahnya di potong, maknanya bisa jadi lain.

Cara jadi dai di era digital 

Di era digital seperti sekarang ini, para pendakwah juga dituntut untuk mengikuti perkembangan. Berikut ini adalah dua cara menjadi pendakwah di era digital menurut KH Soleh Sofyan.

“Pertama gunakan sistem digital yang terdekat di hadapan kita yang kita miliki, kita punya handphone apa? jadul ustadz. Sepanjang dia bisa diakses oleh internet, itu sarana utama yang terdekat,” ujarnya.

Selanjutnya, mulai membuat akun berbagi sosial media, seperti facebook, instagram, dan youtube. Ia mengimbau dai yang sudah mahir berdakwah di media sosial, tidak berpikir tentang monetaise (keuntungan), karena itu merupakan sebuah racun. Tujuan utamanya murni untuk berdakwah, menyampaikan ilmu kepada orang lain.

Langkah yang kedua memaksimalkan pola pengelolaan media sosial yang dimiliki. Ini perlu kerja sama antara dai dan pihak-pihak yang dapat mendukung terhadap tersebarnya dakwah kepada masyarakat luas. Menurutnya, unsur pendukung bisa melibatkan santri dan elemen lainnya.

“Kita kan punya murid, kita punya teman-teman sekitar, ajak mereka untuk melakukan dakwah digital itu, ajak mereka untuk merekam kita, dia share ke mana-mana. Sehingga ketika saya berbicara, menyebar ke satu, dua, tiga, empat, lima sampai ribuan orang. Maka di situ menjadi jariyah yang kebaikan bagi mereka yang ini pegang kamera, hari ini pegang kanal-kanal yang memang menyiarkan kebaikan dan kebajikan. Itu hal yang luar biasa,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *