Jember (beritajatim.com) – Bupati Hendy Siswanto berharap Kabupaten Jember Jawa Timur dapat mempertahankan predikat lumbung pangan nasional. Kuncinya adalah regenerasi petani di desa.
Hal itu disampaikan Hendy di hadapan massa petani yang berkumpul di depan kantor Pemerintah Kabupaten Jember dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional, Selasa (27/9/2022). “Petani tolong didik anaknya agar mau bertani juga,” ujarnya.
Saat ini, menurut Hendy, sebagian generasi muda di desa tersebut tidak ingin menjadi petani. “Di Jember, pertanian harus hebat, harus tetap menjadi penyangga pangan nasional, penyangga pangan Jawa Timur,” katanya.
Berdasarkan data Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jember 2021-2026, produksi beras tahun 2020 sebanyak 991.892 ton, jagung 411.168 ton, dan kedelai 7.742 ton.
“Saya mohon bantuan untuk mengajak anak-anak kita menjadi petani. Insya Allah saya akan berusaha sebaik mungkin agar harga (komoditas pertanian) yang dibeli (konsumen) tidak membuat petani merugi. Kami berusaha untuk itu,” kata Hendy.
Hendy juga meminta petani mulai beralih dari penggunaan pupuk kimia ke pupuk organik. “Kebijakan dari pemerintah pusat: pupuk bersubsidi dikurangi. Ini kebijakan pemerintah pusat. Bukan pemerintah Jember. Kita harus segera beralih ke pupuk organik,” ujarnya.
“Insya Allah tahun 2023 Pak Imam (Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan Hortikultura Jember Imam Sudarmaji) akan membangun pabrik pupuk. Saya mohon bantuannya mulai sekarang untuk berlatih menggunakan pupuk organik. Saya sangat mohon bantuannya,” kata Hendy.
Berdasarkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jember 2021-2026, di Jember terdapat 86.598 hektar sawah irigasi dan 81.081 hektar lahan pertanian pangan. Namun lemahnya penguasaan ruang menyebabkan perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali seperti lahan hijau/sawah menjadi bangunan.
Salah satu permasalahan utama di sektor pertanian di Jember adalah rendahnya nilai tawar pendapatan petani khususnya beras. Dalam RPJMD disebutkan bahwa aliran distribusi tidak tercatat dengan baik. Pengelolaan pasca panen padi belum optimal dan petani menjual hasil produksinya dalam bentuk beras. [wir/but]
artikel berita ini telah tayang di beritajatim.com