Ulama Perlu Dekat Dengan Penguasa, Begini Alasan Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan

Pendapat Imam Ghazali pun ikut dikutip. Menurut Imam al-Ghazali, jika tujuan masuk circle kekuasaan adalah untuk membuat kerusakan pada kaum muslimin maka hal ini jelas dilarang agama. Akan tetapi jika sebaliknya maka hal ini sangat dianjurkan:

إِذَا كَانَ يَسْتَعِيْنُ بِهِ عَلَى إِضْرَارِ الْمُسْلِمِيْنَ وَ إِيثَارِ الدُّنْيَا عَلَى الدِّيْنِ. وَأَمَّا إِذَا كَانَ لِإِصْلَاحِ الْعِبَادِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بِمَمْنُوْعٍ بَلْ هُوَ مُتَعَيَّنٌ عَلَى الْعُلَمَاءِ وَالزُّهَادِ.

“(Hukum dekat dengan penguasa adalah haram) Jika tujuan masuk dalam lingkaran penguasa adalah untuk mencelakai orang Islam dan mengejar kekuasaan dunia,. Adapun jika tujuannya adalah untuk memberikan kemanfaatan kepada manusia maka itu tidaklah dilarang, bahkan itu juga bisa jadi sebuah kewajiban bagi seorang ulama dan para zahid”

Sehingga sekalipun Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan dikenal dekat dengan penguasa, akan tetapi terdapat misi dan tujuan besar yang hendak dicapainya. Bukan sekedar dekat atau  ‘memanfaatkan’ posisinya tersebut.

Demikian seharusnya niat dan tujuan kita dalam menjalin relasi dengan penguasa, yaitu agar masyarakat dan para ulama memiliki andil dalam jalannya roda pemerintahan. Di sisi lain, penguasa tidak seenaknya dalam membuat norma dan hukum.

Jika relasi ulama dan umara diniati dan terlaksana dengan baik, bukan tidak mungkin kelak akan terwujud tatanan masyarakat yang tenang, sejahtera dan beretika.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *