Category Archives: KHUTBAH

Tata Cara Pelaksanaan Sholat Gerhana Matahari Dan Bulan

Gerhana adalah fenomena astronomi yang terjadi apabila sebuah benda angkasa bergerak ke dalam bayangan sebuah benda angkasa lain. Istilah ini umumnya digunakan untuk gerhana Matahari ketika posisi Bulan terletak di antara Bumi dan Matahari, atau gerhana bulan saat sebagian atau keseluruhan penampang Bulan tertutup oleh bayangan Bumi. Namun, gerhana juga terjadi pada fenomena lain yang tidak berhubungan dengan Bumi atau Bulan, misalnya pada planet lain dan satelit yang dimiliki planet lain. 

Di dalam agama Islam, umat Muslim yang mengetahui atau melihat terjadinya gerhana bulan ataupun matahari, maka disunnahkan memperbanyak takbir, istighfar, melaksanakan shalat kusuf (salat gerhana) dan berdo’a 

Hadits terkait fenomena gerhana baik matahari atau bulan adalah ini: 

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

 

”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)

كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ ، فَقَالَ النَّاسُ كَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ »

”Di masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari ketika hari kematian Ibrahim. Kemudian orang-orang mengatakan bahwa munculnya gerhana ini karena kematian Ibrahim. Lantas Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalat dan berdo’alah.’” (HR. Bukhari no. 1043)

Dan masih banyak hadits lainnya.

Waktu pelaksanaan shalat gerhana adalah ketika nyata sudah terjadi gerhana. Untuk habisnya waktu shalat gerhana Matahari adalah ketika matahari sudah pulih atau ketika matahari sudah tenggelam walaupun masih dalam keadaan gerhana, sedangkan habisnya waktu shalat gerhana bulan adalah ketika bulan sudah pulih atau ketika matahari sudah keluat walaupun bulan masih dalam keadaan gerhana.

Kaifiyyah atau tatacara pelaksanaan shalat gerhana adalah :

  • Takbiratul ihrom dengan niat shalat gerhana
  • Membaca doa iftitah
  • Ta’wwudl
  • Membaca Alfatihah
  • Membaca surat yang panjang (disunahkan membaca surat Al baqarah)
  • Rukuk
  • I’tidal dengan tetap membaca sami’allahu liman hamidah Robbana laka Alhamdu (menurut qoul mu’tamad), sedangkan menurut imam Al Mawardi dengan membaca takbir
  • Membaca Alfatihah
  • Membaca Surat (disunahkan ayat sekira 200 ayat)
  • Ruku’
  • I’tidal dengan membaca sami’allahu liman hamidah
  • Sujud
  • Duduk diantara dua sujud
  • Sujud
  • Berdiri rokaat yang kedua dengan membaca Al fatihah
  • Membaca surat yang panjang (disunahkan membaca ayat sekita 150 ayat)
  • Rukuk
  • I’tidal dengan tetap membaca sami’allahu liman hamidah Robbana laka Alhamdu (menurut qoul mu’tamad), sedangkan menurut imam Al Mawardi dengan membaca takbir
  • Membaca Alfatihah
  • Membaca Surat (disunahkan membaca ayat sekira 100 ayat)
  • Ruku’
  • I’tidal dengan membaca sami’allahu liman hamidah
  • Sujud
  • Duduk diantara dua sujud
  • Sujud
  • Tahiyyat akhir dan salam
Refrensi :

البجيرمي على الخطيب ٢ / ٢٢٩

(َﺈِﻥْ ﻓَﺎﺗَﺖْ) ﻭَﻓَﻮَاﺕُ ﺻَﻼَﺓِ ﻛﺴﻮﻑ اﻟﺸﻤﺲ ﺑِﺎﻻِﻧْﺠِﻼَءِ ﻭَﺑِﻐُﺮُﻭﺑِﻬَﺎ ﻛَﺎﺳِﻔَﺔً، ﻭَﻓَﻮَاﺕُ ﺻَﻼَﺓِ ﺧُﺴُﻮﻑِ اﻟْﻘَﻤَﺮِ ﺑِﺎﻻِﻧْﺠِﻼَءِ ﻭَﺑِﻄُﻠُﻮﻉِ اﻟﺸَّﻤْﺲِ ﻻَ ﺑِﻄُﻠُﻮﻉِ اﻟْﻔَﺠْﺮِ (ﻟَﻢْ ﺗُﻘْﺾَ) ﻟِﺰَﻭَاﻝِ اﻟْﻤَﻌْﻨَﻰ اﻟَّﺬِﻱ ﻷَِﺟْﻠِﻪِ ﺷُﺮِﻋَﺖْ، ﻓَﺈِﻥْ ﺣَﺼَﻞَ اﻻِﻧْﺠِﻼَءُ ﺃَﻭْ اﻟْﻐُﺮُﻭﺏُ ﻓِﻲ اﻟﺸَّﻤْﺲِ ﺃَﻭْ ﻃُﻠُﻮﻉُ اﻟﺸَّﻤْﺲِ ﻓِﻲ اﻟْﻘَﻤَﺮِ ﻓِﻲ ﺃَﺛْﻨَﺎﺋِﻬَﺎ ﻟَﻢْ ﺗَﺒْﻄُﻞْ ﺑِﻼَ ﺧِﻼَﻑٍ (ﻭَﻳُﺼَﻠِّﻲ) اﻟﺸَّﺨْﺺُ (لكسوف اﻟﺸَّﻤْﺲِ ﻭَﺧُﺴُﻮﻑِ اﻟْﻘَﻤَﺮِ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ) ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺭَﻛْﻌَﺔٍ ﺭُﻛُﻮﻋَﺎﻥِ ﻛَﻤَﺎ ﺳَﻴَﺄْﺗِﻲ ﻓِﻲ ﻛَﻼَﻣِﻪِ، ﻓَﻴُﺤْﺮِﻡُ ﺑِﻨِﻴَّﺔِ ﺻَﻼَﺓِ الكسوف ﻭَﻳَﻘْﺮَﺃُ ﺑَﻌْﺪَ اﻻِﻓْﺘِﺘَﺎﺡِ ﻭَاﻟﺘَّﻌَﻮُّﺫِ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ، ﻭَﻳَﺮْﻛَﻊُ ﺛُﻢَّ ﻳَﻌْﺘَﺪِﻝُ ﺛُﻢَّ ﻳَﻘْﺮَﺃُ اﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔَ ﺛَﺎﻧِﻴًﺎ ﺛُﻢَّ ﻳَﺮْﻛَﻊُ ﺛَﺎﻧِﻴًﺎ ﺛُﻢَّ ﻳَﻌْﺘَﺪِﻝُ ﺛَﺎﻧِﻴًﺎ ﺛُﻢَّ ﻳَﺴْﺠُﺪُ اﻟﺴَّﺠْﺪَﺗَﻴْﻦِ، ﻭَﻳَﺄْﺗِﻲ ﺑِﺎﻟﻄُّﻤَﺄْﻧِﻴﻨَﺔِ ﻓِﻲ ﻣَﺤَﻠِّﻬَﺎ ﻓَﻬَﺬِﻩِ ﺭَﻛْﻌَﺔٌ، ﺛُﻢَّ ﻳُﺼَﻠِّﻲ ﺭَﻛْﻌَﺔً ﺛَﺎﻧِﻴَﺔً ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻟِﻻِﺗِّﺒَﺎﻉِ

ﻗَﻮْﻟُﻪُ: (ﺛُﻢَّ ﻳَﻌْﺘَﺪِﻝُ) ﺃَﻱْ ﻗَﺎﺋِﻼً: ” ﺳَﻤِﻊَ اﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻤَﻦْ ﺣَﻤِﺪَﻩُ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻟَﻚ اﻟْﺤَﻤْﺪُ ” ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺫَﻟِﻚَ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺭَﻓْﻊٍ، ﻭَﻫَﺬَا ﻫُﻮَ اﻟْﻤُﻌْﺘَﻤَﺪُ ﺧِﻼَﻓًﺎ ﻟِﻠْﻤَﺎﻭَﺭْﺩِﻱِّ ﻓِﻲ ﺃَﻧَّﻪُ ﻻَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺫَﻟِﻚَ ﻓِﻲ اﻟﺮَّﻓْﻊِ اﻷَْﻭَّﻝِ ﺑَﻞْ ﻳَﺮْﻓَﻊُ ﻣُﻜَﺒِّﺮًا ﻷَِﻧَّﻪُ ﻟَﻴْﺲَ اﻋْﺘِﺪَاﻻً اﻩـ ﺃﺝ ﻣَﻊَ ﺯِﻳَﺎﺩَﺓِ. 

Sedangkan untuk model bacaan fatihah dan surat antara shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan terjadi perbedaan, yakni dalam shalat gerhana matahari disunnahkan melirihkan bacaan dan dalam sholat gerhana bulan disunnahkan melantangkan bacaan. 

البجيرمي على الخطيب ٢ / ٢٣٢

(ﻭَﻳُﺴِﺮُّ ﻓِﻲ) ﻗِﺮَاءَﺓِ (ﻛﺴﻮﻑ اﻟﺸﻤﺲ) ﻷَِﻧَّﻬَﺎ ﻧَﻬَﺎﺭِﻳَّﺔٌ (ﻭيجهر ﻓِﻲ) ﻗِﺮَاءَﺓِ (ﺧُﺴُﻮﻑِ اﻟْﻘَﻤَﺮِ) ﻷَِﻧَّﻬَﺎ ﺻَﻼَﺓُ ﻟَﻴْﻞٍ ﺃَﻭْ ﻣُﻠْﺤَﻘَﺔٌ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﺇﺟْﻤَﺎﻉٌ.

المجموع على شرح المهذب ٥ /٤٦

ﻭاﻟﺴﻨﺔ ﺃﻥ ﻳﺴﺮ ﺑﺎﻟﻘﺮاءﺓ ﻓﻲ ﻛﺴﻮﻑ اﻟﺸﻤﺲ ﻟﻤﺎ ﺭﻭﻯ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻝ ” ﻛﺴﻔﺖ اﻟﺸﻤﺲ ﻋﻠﻰ ﻋﻬﺪ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻝ ﻓﺼﻠﻲ ﻓﻘﻤﺖ اﻟﻲ ﺟﺎﻧﺒﻪ ﻓﻠﻢ ﺃﺳﻤﻊ ﻟﻪ ﻗﺮاءﺓ ” ﻭﻻﻧﻬﺎ ﺻﻼﺓ ﻧﻬﺎﺭ ﻟﻬﺎ ﻧﻈﻴﺮ ﺑﺎﻟﻠﻴﻞ ﻓﻠﻢ ﻳﺟﻬﺮ ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺎﻟﻘﺮاءﺓ ﻛﺎﻟﻈﻬﺮ ﻭﻱﺟﻬﺮ ﻓﻲ ﻛﺴﻮﻑ اﻟﻘﻤﺮ ﻻﻧﻬﺎ ﺻﻼﺓ ﻟﻴﻞ ﻟﻬﺎ ﻧﻈﻴﺮ ﺑﺎﻟﻨﻬﺎﺭ ﻓﺴﻦ اﻝﺟﻬﺮ ﻛﺎﻟﺸﺎء.

ﻭاﺣﺘﺞ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭاﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻓﻲ اﻹﺳﺮاﺭ ﺑﻘﺮاءﺓ ﻛﺴﻮﻑ اﻟﺸﻤﺲ ﺑﺤﺪﻳﺚ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ اﻷﻭﻝ ﻟﻘﻮﻟﻪ ” ﻗﻴﺎﻣﺎ ﻃﻮﻳﻼ ﻧﺤﻮا ﻣﻦ ﺳﻮﺭﺓ اﻟﺒﻘﺮﺓ ” ﻗﺎﻟﻮا ﻭﻫﺬا ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺴﻤﻌﻪ ﻷﻧﻪ ﻟﻮ ﺳﻤﻌﻪ ﻟﻢ ﻳﻘﺪﺭﻩ ﺑﻐﻴﺮﻩ ﻭﺭﻭﻯ اﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩﻩ اﻟﺼﺤﻴﺢ ﻋﻦ ﺳﻤﺮﺓ ﻗﺎﻝ ” ﺻﻠﻰ ﺑﻨﺎ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﻛﺴﻮﻑ ﻻ ﻧﺴﻤﻊ ﻟﻪ ﺻﻮﺗﺎ ” ﻗﺎﻝ اﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﺻﺤﻴﺢ ﻭﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ” ﺟﻬﺮ ﻓﻲ ﺻﻼﺓ اﻟﺨﺴﻮﻑ ﺑﻘﺮاءﺗﻪ ” ﺭﻭاﻩ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻴﻬﻤﺎ ﻓﻬﺬاﻥ اﻟﺤﺪﻳﺜﺎﻥ اﻟﺼﺤﻴﺤﺎﻥ ﻳﺠﻤﻊ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺑﺄﻥ اﻹﺳﺮاﺭ ﻓﻲ ﻛﺴﻮﻑ اﻟﺸﻤﺲ ﻭاﻝﺟﻬﺮ ﻓﻲ ﻛﺴﻮﻑ اﻟﻘﻤﺮ ﻭﻫﺬا ﻣﺬﻫﺒﻨﺎ (ﻭﻗﻮﻟﻪ) ﻷﻧﻬﺎ ﺻﻼﺓ ﻧﻬﺎﺭ ﻟﻬﺎ ﻧﻈﻴﺮ ﺑﺎﻟﻠﻴﻞ اﺣﺘﺮاﺯ ﻣﻦ ﺻﻼﺓ اﻟﺠﻤﻌﺔ ﻭاﻟﻌﻴﺪ (ﻭﻗﻮﻟﻪ) ﺻﻼﺓ ﻟﻴﻞ ﻟﻬﺎ ﻧﻈﻴﺮ ﺑﺎﻟﻨﻬﺎﺭ ﻗﺎﻝ اﻟﻘﻠﻌﻲ ﻫﻮ اﺣﺘﺮاﺯ ﻣﻦ اﻟﻮﺗﺮ ﻭﻫﻮ ﺻﺤﻴﺢ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﻭﻻ ﻳﻘﺎﻝ ﻗﺪ ﻗﺎﻝ اﻟﻤﺼﻨﻒ ﻓﻲ اﻟﻮﺗﺮ ﻭﻷﻧﻪ ﻳﺠﻬﺮ ﻓﻲ اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﻓﻬﺬا ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﻬﺮ ﻓﻲ اﻟﻮﺗﺮ

اعانة الطالبين ١ / ١٨٠

ﻗﻮﻟﻪ: ﻭﺧﺴﻮﻑ اﻟﻘﻤﺮ) ﺃﻱ ﻭﻳﺴﻦ اﻟﺠﻬﺮ ﻓﻲ ﺧﺴﻮﻑ اﻟﻘﻤﺮ، ﺑﺨﻼﻑ ﻛﺴﻮﻑ اﻟﺸﻤﺲ ﻓﻴﺴﻦ اﻹﺳﺮاﺭ ﻓﻴﻬﺎ.

القليبي ١ / ٣٦٢

(ﻭيجهر ﺑﻘﺮاءﺓ ﻛﺴﻮﻑ اﻟﻘﻤﺮ ﻻ اﻟﺸﻤﺲ) ﻷﻥ اﻷﻭﻟﻰ ﻓﻲ اﻟﻠﻴﻞ، ﻭاﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻓﻲ اﻟﻨﻬﺎﺭ، ﻭﻣﺎ ﺭﻭﻯ اﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ «ﺃﻧﻪ – ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﺟﻬﺮ ﻓﻲ ﺻﻼﺓ اﻟﺨﺴﻮﻑ ﺑﻘﺮاءﺗﻪ» ، ﻭاﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻋﻦ ﺳﻤﺮﺓ ﻗﺎﻝ: «ﺻﻠﻰ ﺑﻨﺎ اﻟﻨﺒﻲ – ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓﻲ ﻛﺴﻮﻑ ﻻ ﻧﺴﻤﻊ ﻟﻪ ﺻﻮﺗﺎ» ، ﻭﻗﺎﻝ: ﺣﺴﻦ ﺻﺤﻴﺢ. ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ اﻟﻤﻬﺬﺏ: ﻳﺠﻤﻊ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺑﺄﻥ اﻹﺳﺮاﺭ ﻓﻲ ﻛﺴﻮﻑ اﻟﺸﻤﺲ، ﻭالجهر ﻓﻲ ﻛﺴﻮﻑ اﻟﻘﻤﺮ. 

Materi Ceramah: Halal Bi Halal dan Bersyukur Mempunyai Keluarga Besar

halal bi halal, khutbah halal bi halal, pidato halal bi halal, ceramah, pidato idul fitri, khutbah idul fitri


Bersyukur Memiliki Keluarga Besar untuk Mengenang Jasa Para Leluhur

Mari kita bersyukur atas lezat Allah berupa “mempunyai keluarga besar” ini. Karena diantara kenikmatan atau tambahan hidup di dunia yaitu memiliki harta dan anak turun atau keluarga.

Allah berfirman :

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا

Harta dan anak-anak yaitu pelengkap kehidupan dunia namun amalan-amalan yang baka lagi saleh yakni lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi cita-cita. 

Gus Baha’ dalam salah satu ngajinya menerangkan, termasuk rasa bangga memiliki nasab atau keturunan yang baik juga diperbolehkan dalam islam, dengan tujuan untuk memuliakan leluhur kita, berterimakasih serta menjauhi sifat-sifat tercela (karna dari keturunan yang baik). 

Seperti para habaib yang senantiasa menjunjung tinggi Nasab dari Rasulullah atau mirip halnya putra para kyai yang mempertahankan nama baik ayah-ayahnya. 

Imam Syafii juga menerangkan fadhilah memiliki nasab, beliau berkata: للتشرف والتجنب عن مدائن الاخلاق

Littasyarruf wattajannub an madainil Akhlak. 

Allah SWT dalam menceritakan cerita-dongeng para Nabi juga senantiasa memulai dengan menyebut identitas leluhur. Dalam ayat Quran biasa kita temui lafadh Ya Bani Adama, Ya Bani Isroila (Keturunan Nabi Ya’qub). 

Maka hal tersebut juga menjadi alasan untuk kita menjaga dan menjaga silsilah, supaya anak turun kita nanti tidak lupa kepada para leluhurnya.    

Lalu bagaimana cara kita bersyukur mempunyai keluarga besar, diantaranya: 

Menjalin Silaturahim dan jangan hingga memutusnya

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahim. 

Pemutus tali silaturahim tidak hanya dicap sebagai perusak di paras bumi, lebih  dari itu beliau juga mendapatkan kutukan Tuhan dan tak pelak lagi akan jauh dari surga-Nya, sebagaimana Baginda Rasul SAW bersabda:

لا يدخل الجنة قاطع رحم

” Tak akan masuk nirwana pemutus tali silaturahim”.(HR. Bukhari dan Muslim). 

2.      Saling memaafkan bila ada kesalahan

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang ndeso. 

3.      Mendoakan saat jauh

Dari Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

إن دعوة الأخ في الله تستجاب

“Sesungguhnya do’a seseorang terhadap saudaranya alasannya adalah Allah yaitu do’a yang mustajab (terkabulkan).“ (Shohih secara sanad) 

Ummu Darda’ mengatakan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

إن دعوة المرء المسلم مستجابة لأخيه بظهر الغيب، عند رأسه ملك موكل، كلما دعا لأخيه بخير، قال: آمين، ولك بمثل”. قال: فلقيت أبا الدرداء في السوق، فقال مثل ذلك، يأثر عن النبي صلى الله عليه وسلم.

Sesungguhnya do’a seorang muslim kepada saudaranya di ketika saudaranya tidak mengetahuinya ialah doa’a yang mustajab (terkabulkan). Di segi orang yang hendak mendo’akan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan do’anya. Tatkala dia mendo’akan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Amin. Engkau akan menerima semisal dengan saudaramu tadi.”

4.      Menolong keluarga yang masih lemah

5.      Menjaga nama baik keluarga

6.      Menjadikan fasilitas ibadah dan ketaatan

Arti, Perintah Halal Halal dan Fadhilahnya 

Halal Bi Halal ialah tradisi nusantara yang dicontohkan oleh para Ulama dan tokoh-tokoh kita terdahulu. Halal Bi Halal tidak sekedar berkunjung sana sini untuk berpesta ria menikmati hidangan Idul Fitri saja, Melainkan dalam Idul Fitri ini Halal Bi Halal ialah momen yang sangat sempurna bagi kita untuk saling memafkan dan menghalalkan atas kesalahan yang telah diperbuat. 

Halal Bi Halal menjadi perintah agama dalam musyaroh kita terhadap sesama muslim. Ada satu hadis yang sungguh jelas bahwa Nabi SAW memerintahkan kita semua untuk ber halal bi halal. Berikut dalil Hadis Halal Bi Halal: 

hadis halal bi halal, dalil halal bi halal

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ رواه البخاري.

Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang mempunyai tanggungan kepada saudaranya baik berbentukharta benda atau sesuatu yang lainnya, maka mintalah halal darinya hari ini juga, sebelum dinar dan dirham tidak berlaku lagi, jika tidak maka ketahuilah bahwa orang yang punya tanggungan pada orang dan belum teratasi di dunia, maka di hari hisab  kebaikannya diberikan pada orang yang didzalimi di dunia, jikalau amal baiknya habis, maka amal buruk orang yang didzaliminya dilimpahkan padanya. HR. Al-Bukhari. 

Dari hadis di atas, mampu kita ambil pelajaran selaku berikut:

  • Hendaknya kita minta halal atas hutang dan tanggungah sekecil apapun.
  • Saat seseorang mengaiaya orang lain, maka kebaikan yang dimiliki akan beralih pada orang lain tersebut di darul baka bila beliau belum memintakan maaf. 

Maka dengan momen Idul Fitri ini sudah sebaiknya kita juga membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan terhadap sesama, sekecil apapun dan sepahit apapun. Karena hakikatnya kehidupan di dunia ini adalah antisipasi untuk darul baka.

KHUTBAH IDUL FITRI 1442 H BAHASA ARAB

 

الخطبة الاولى

اَللهُ أَكْبَرُ xكَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً .لَااِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ .لَااِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى نَوَّرَ قُلُوْبَ الْعَارِفِيْنَ بِمُدَاوَمَةِ الذِّكْرِ فِى كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْنٍ .أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ ,وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْد الأَمِيْن. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ,نُقْطَةِ الشُّرَفَاءِ الأَنْبِيَاءِ وَ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الأَئِمَّةِ فِى دِيْنِ الحَقِّ وَسَائِرِ الْمُهْتَدِيْنَ مِنَ الأُمَمِ الاَوَّلِيْنَ وَالأَخِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:


 فَيَا إِخْوَانِ الكِرَامْ, اِتَّقُوا اللهَ فِي السِّرِّ وَاْلعَلَنِ وَاجْتَنِبُوا الفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اْليَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابٌ وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ فَأَعِدُّوا لِغَدِكُمْ مَاتَرْجُونَ أَنْ تَنَالُوْا مِنْ رَبِّكُمْ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الكَرِيْم ,اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم , يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (الحشر : 
18 )

 

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اِفْرَحُوا هَذَا الْيَوْمَ وَحَقٌّ لَكُمْ أَنْ تَفْرَحُوا وَرَسُوْلُكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. فَفَرَحْنَا الْيَوْمَ بِمَا وَفَّقَنَا اللهُ مِنْ إِكْمَالِ صِيَامِ الشَّهْرِ، وَغَدًا نَفْرَحُ الْفَرَحَ الْأَكْبَرَ بِرَضَا الرَّحْمَنِ عِنْدَمَا نَدْخُلُ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ الَّذِي لَا يَدْخُلُهُ إِلَّا الصَّائِمُوْنَ بِالْاِيْمَانِ. أدَّيْتُمْ فَرْضَكُمْ، وَأَطَعْتُمْ رَبَّكُمْ، صُمْتُمْ وَقَرَأْتُمْ وَتَصَدَّقْتُمْ، فَهَنِيْئًا لَكُمْ مَا قَدَّمْتُمْ، وَبُشْرَاكُمُ الفَوْزَ – بِإِذْنِ اللهِ وَفَضْلِهِ

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ.

اَيُّهَا الاِخْوَةُ فِي اللّهِ اِعْلَمُوا أَنَّهُ لَيْسَ السَّعِيْدُ مَنْ أدْرَكَ الْعِيْدَ وَلَبِسَ الْجَدِيْدَ، وَلَا مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَأْتِيْهِ عَلَى مَا يَشْتَهِيْ وَيُرِيْدُ، إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ خَافَ يَوْمَ الْوَعِيْدِ، وَرَاقَبَ اللهُ فِيْمَا يُبْدِئُ وَيُعِيْدُ، وَفَازَ بِجَنَّةٍ لَا يَنْفَدُ نَعِيْمُهَا وَلَا يَبِيْدُ، وَنَجَا مِنْ نَارٍ حَرُّها شَدِيْدٌ، وَقَعْرُهَا بَعِيْدٌ. وَ اِنَّمَا السَّعِيْدُ مَنْ أدْرَكَ الْعِيْدَ وَطَاعَتُهُ اِلَى اللّهِ تَزِيْدُ. فَلِذَلِكَ لَئِنِ انقَضَى رَمَضَانُ فَالْعِبَادَةُ لَا تَنقَضِي. لَئِنِ انْقَضَى رَمَضَانُ فَالصِّيَامُ لَا يَنْقَضِيْ، فَبَابُ التَّطَوُّعِ مَفْتُوْحٌ وَ مِنْهُ صِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ مِنْ شَوَّال. وَلَئِنِ انْقَضَى رَمَضَانُ فَاْلقِيَامُ لَا يَنْقَضِي، فَفِي صَحِيْحِ مُسْلِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. وَلَئِنِ انْقَضَى رَمَضَانُ فَالذِّكْرُ لَا يَنْقَضِي، فَهُوَ بِهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ. وَلَئِنِ انْقَضَى رَمَضَانُ فَالْقُرْآنُ لَا يَنْقَضِيْ، عِيْشُوْا مَعَ الْقُرْآنِ طُوْلَ حَيَاتِكُمْ، فَهُوَ النُّوْرُ وَاْلهُدَى. وَلَئِنِ انْقَضَى رَمَضَانُ فَالْإِنْفَاقُ وَالْإِحْسَانُ لَا يَنْقَضِيْ, لِاَنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ.

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ.

عِبَادَ اللهِ؛ اَلْعِيْدُ فُرْصَةٌ لِتَحْسِيْنِ الْعَلَاقَاتِ، وَتَسْوِيَةِ النِّزَاعَاتِ، وَجَمْعِ الشَّمْلِ، وَرَأْبِ الصَّدْعِ، وَقَطْعِ الْعَدَاوَاتِ الْمُنْتَشِرَةِ بَيْنَ النَّاسِ. فَفِي الْعِيْدِ تَتَقَارَبُ الْقُلُوْبُ عَلَى الْوُدِّ، وَتَجْتَمِعُ عَلَى الْأُلْفَةِ، وَيَتَناسَى ذَوُو النُّفُوْسِ الطَّيِّبَةِ أضْغَانَهُمْ، فَيَجْتَمِعُوْنَ بَعْدَ افْتِرَاقٍ، وَيَتَصَافَحُوْنَ بَعْدَ انِقِبَاضٍ، وَيَتَصَافُوْنَ بَعْدَ كَدَرٍ. فَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَاطَعُوا وَلَا تَدَابَرُوْا وَلَا تَبَاغَضُوْا وَلَا تَحَاسَدُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ متفق عليه

 

نَسْأَلُ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنْ يُوَحِّدَ صُفُوْفَنَا وَيُؤَلِّفَ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَأَنْ يُعِيْدَ عَلَيْنَا هَذَا اْلعِيْدَ بِالْأمْنِ وَالْأَمَانِ وَالْفَوْزِ وَ السَّلَامِ. وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

الخطبة الثانية

اللَّهُ أَكْبَرُ 7x وَالْحَمْدُ للهِ الْمُبْدِئِ الْمُعِيْدِ، الفَعَّالِ لِمَا يُرِيْدُ، مَنَّ عَلَيْنَا بِصِيَامِ رَمَضَانَ وَإِدْرَاكِ الْعِيْدِ، وَوَعَدَنَا بِالْجَنَّةِ وَالْمَزِيْدِ، وَأَشْهَدُ أنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ . أما بعد



فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ وَأطِيْعُوهُ وَالرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

 

للهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللَّهُمَّ أَعِزّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

 

 اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ،  اللهم تقبل منا صيامنا وقيامنا ودعائنا وصالح اعمالنا يا رب العالمين .ربنا اتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 

عِبَادَاللهِ , إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

KHUTBAH JUM`AT SPIRIT RAMADLAN SEBAGAI BEKAL KEHIDUPAN

 بسم الله الرحمن الرحيم


اَلْحَمْدُ للهْ، اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، الَّذِيْ أَكْمَلَ لَنَا الدِّيْنَ، وَأَتَمَّ لَنَا النِّعْمَةَ وَرَضِيَ لَنَا الْإِسْلَامَ دِيْنًا. تَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِمَنِّهِ وَكَرَمِهِ وَلُطْفِهِ، أُسَبِّحُ لَهُ سُبْحَانَهُ، رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ وَكِيْلٌ، يُعِزُّ بَعْضَنَا وَيُذِلُّ بَعْضَنَا، إِلَهٌ كَرِيْمٌ وَاحِدٌ، جَلِيْلٌ مُنَزَّهٌ عَنِ الشَّبِيْهِ وَالشَّرِيْكِ وَالْمُمَاثِلِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا يَوْمَ لَا يَنْفَعُ لَهُ مَالٌ وَلاَ بَنُوْنٌ إِلَّا مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا وَشَفِيْعَنَا وَقُدْوَتَنَا مُحَمَّدًا ﷺ عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَاعْفُ عَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَكَرَمِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. أما بعد فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ  قَالَ اللهُ تَعَالَى فِىْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ  

  

Maasyiral hadirin hafidhakumullah,   

Kita bukan lah orang yang menyembah waktu seperti bulan Ramadhan dan kita tidak menyembah tempat seperti Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan lain sebagainya. Kita menyembah Allah tanpa terkait dengan lokasi mana pun. Kalau kita menyembah Allah terkait dengan lokasi atau waktu saja, tentunya bagi orang yang meninggalkan kota Makkah dan Madinah, misalnya, mereka akan menjadi malas-malasan, karena tidak berada di tempat mulia.    Tempat-tempat yang mulia, waktu dan bulan yang mulia bisa jadi akan selalu berubah seseuai perputaran waktu dan lokasi domisili seseorang, namun tempat dan waktu mempunyai Tuhan yang tidak silih berganti, tidak berubah-ubah. Waktu dan bulan sepanjang masa memilik Tuhan yang tidak pernah berganti selamanya. Dialah Allah subhanahu wa ta’ala.    

فَلَا يَجْرِيْ عَلَيْهِ زَمَانْ   

“Allah tidak terpengaruh oleh waktu.”

وَلاَ يَحْوِيْهِ مَكَانْ   

“Dan Ia tidak terdiri atas unsur waktu.”

وَهُوَ عَلَى مَا كَانْ قَبْلَ خَلْقِ الزَّمَانْ وَالْمَكَانْ   

 “Dia ada sebelum masa dan tempat tercipta.”

عَلِمَ مَا كَانْ وَمَا سَيَكُونْ وَمَا لَمْ يَكُنْ لَوْ كَانْ كَيْفَ كَانْ يَكُونْ    

“Dia tahu apa yang telah dan akan terjadi. Dia pula tahu hal-hal yang tidak akan pernah terjadi karena Dia tahu apa yang akan terjadi jika satu hall tersebut itu terjadi.”

وَأَمْرُهُ بَيْنَ كَافٍ وَنُونْ   

“Jika Allah menghendaki sesuatu itu terjadi, maka perintah Allah akan terwujud secepat antara jeda pembacaan huruf kaf dan nun dalam kalimat kun.”

وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ   

“Apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya mengatakan kun, maka kemudian akan terwujud.”   Dia lah Tuhan yang maha murah. Barangsiapa kenal dengan Tuhannya, pasti akan mencintainya. Bagi orang yang kenal dengan Allah, tidak ada yang ia miliki kecuali kecintaan dia kepada Allah. Bagaimana mungkin ada orang yang dalam hatinya sudah terpatri kecintaan kepada Allah akan mencintai selain Allah?. Kecintaan ini lah yang telah ditanamkan dalam madrasah atau sekolahan yang bernama Madrasah Bulan Ramadhan.    Kecintaan ini lah yang menjadi fondasi penting, sehingga sampai ada sahabat yang berkata kepada Baginda Nabi:    

مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟   

“Ya Rasulallah, kapan kiamat akan terjadi?”   Rasul tidak langsung menjawab. Beliau kembali menanyakan balik kepada sahabat tersebut:    مَا أَعْدَدْتَ لَهَا   “Apa yang sudah kamu persiapkan menghadapi kiamat itu?”    قَالَ : مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ، وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ   “Saya tidak mempersiapkan shalat yang banyak, tidak pula puasa dan sedekah, Ya Rasul. Namun aku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.”    Mendengar jawaban sahabat satu tadi, Rasul kemudian bersabda:   أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ   “Kamu akan bersama orang yang kamu cintai.” (HR. Bukhari)    Dengan hadits di atas, para sahabat mengaku tidak pernah bergembira melebihi kegembiraan mereka setelah mendengar hadits tersebut.    Ada sahabat lain yang bertanya kepada Rasulullah. “Ya Rasul, jelaskan kami tentang satu Islam yang dengan jawaban Anda nanti, saya tidak butuh jawaban lagi setelahnya.”    Rasul kemudian menjawab ada dua hal, yaitu    قُلْ آمَنْتُ بِالله    “Katakan, yang pertama, saya iman kepada Allah.”    Kedua,    ثُمَّ اسْتَقِمْ    “Lalu konsistenlah memegang kalimat itu terus-menerus.”    Dengan istiqamah, maka orang menjadi tidak peduli, entah itu Ramadhan sudah kelewat atau tidak, yang namanya cinta kepada Allah, maka akan istiqamah dalam beribadah, mestinya selalu merawat ketakwaan-ketakwaan yang telah dibina dalam Madrasah Ramadhan kemarin untuk dibawa secara terus menerus sepanjang tahun.    Ciri-ciri orang mukmin adalah sangat cinta kepada Allah    وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ   Artinya: “Orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS Al-Baqarah: 165)    Tentu saja, kita akan selalu merindukan Ramadhan tahun depan. Bagaimana kita tidak rindu, sedangkan Ramadhan adalah bulan yang pernah bertemu dan digunakan oleh Rasulullah menjalankan berbagai macam kebaikan. Yang namanya cinta, jika tidak bertemu langsung orang yang dicintai, tentu akan merasa cukup gembira dengan bertemu dengan orang atau hal-hal yang bertemu langsung dengan orang yang dicintai. Ramadhan adalah bulan mulia yang pernah digunakan semaksimal mungkin oleh Rasulullah untuk beribadah, maka kalau kita cinta kepada Allah dan Rasul, kita tentu juga merindukan Ramadhan.    Hadirin hafidhakumullah,    Pada bulan Ramadhan, kita diperintahkan untuk puasa selama sebulan penuh. Maka, pada bulan Syawal ini, kita biasakan puasa tersebut pada setiap seminggu dua kali yaitu pada hari Senin dan Kamis. Hari Senin adalah hari dilahirkannya Baginda Nabi Agung Muhammad ﷺ, sedangkah hari Kamis adalah hari dimana amal setiap hamba dilaporkan periodik mingguan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka Nabi Muhammad ﷺ lebih suka amalnya saat dilaporkan kepada Allah, beliau dalam kepada berpuasa. Selain puasa mingguan, ada pula puasa sunnah bulanan, yaitu setiap tanggal 13,14, 15 pada setiap bulan hijriahnya, kita disunnahkan untuk berpuasa.    Begitu pula tarawih, mengajarkan kita untuk shalat malam, maka mari kita biasakan untuk shalat malam secara rutin walau dua rakaat saja dalam semalam.    Dengan adanya bulan Syawal ini, atas dasar latihan selama Ramadhan, semoga menjadikan ibadah kita semakin meningkat, tidak justru menurun kualitasnya, yang pada akhirnya kelak kita akan kembali kepada Allah selalu dalam keadaan bersih karena selalu membawa nilai-nilai Ramadhan.   

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) ـ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ

K

hutbah II

  اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا   أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ   اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينْ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ