Si Kecil Susah Makan, Ini Tips dari Spesialis Anak Siloam Hospitals Surabaya

Surabaya (TintaSantri.com) – Anak Anda mengalami kesulitan makan sering menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua. Kondisi ini bisa muncul karena berbagai sebab, mulai dari kekurangan gizi, penyakit tertentu, atau mungkin hal-hal yang biasa terjadi pada anak.

Terkait hal ini, dokter anak Siloam Hospitals Surabaya, Dr Lianto Kurniawan Nyoto, Sp.A, punya banyak tips bermanfaat. Tips ini ia bagikan dalam program Bicara Sehat Siloam Hospital Surabaya.

Dr. Lianto mengatakan bahwa kuantitas, kualitas, dan kemampuan setiap anak mengkonsumsi makanan berbeda-beda. Orang tua perlu memahami kondisi tumbuh kembang anak yang tidak bisa digeneralisir, terutama tentang pola makan.

Bahkan ketika Anda menemukan kasus anak yang sulit makan, pengamatan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mempelajari grafik berat dan tinggi badan anak.

“Kalau misalnya tidak cocok dengan grafik atau beratnya tidak naik dengan semestinya, maka kita harus curiga, ada” sesuatu yang salah bersama anak. Entah karena dia (anak itu) kurang makan atau karena ada penyakit tertentu sehingga berat badannya tidak bertambah,” kata dr Lianto di Surabaya, Jumat (22/7/2022).

Ia menjelaskan, grafik pertumbuhan anak dapat dijadikan sebagai tolak ukur penilaian yang objektif untuk mengukur kondisi anak. Grafik tersebut tentunya membantu para orang tua untuk lebih mawas diri, terutama dalam mengatasi kekhawatiran akan kondisi kekurangan gizi pada anak.

Dokter Spesialis Anak Siloam Hospitals Surabaya, dr. Lianto Kurniawan Nyoto, SP. SEBUAH.

Di sisi lain, mengacu pada WHO, kecukupan gizi anak dalam satu hari dapat dikategorikan sebagai 3 kali makan besar, 1-2 kali snack, ditambah ASI atau ASI tergantung usia anak. Memberi makan anak berdasarkan jam pengosongan lambung normal akan lebih baik.

Dari segi asupan, porsi makan anak juga perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan usianya. Pada anak usia 6-9 bulan, cukup dengan 3 sendok makan atau setengah mangkok 250 ml.

“Tentunya dimulai sedikit demi sedikit dan bertahap meningkat sesuai dengan kemampuan anak. Porsinya akan terus bertambah hingga anak berusia 1 tahun (misalnya), tekstur makanannya juga berbeda.

“Dalam satu piring makanan, setidaknya ada asupan karbohidrat, protein hewani, dan lemak. Untuk sayur dan buah cukup mengenalkannya sebagai asupan yang akan dikonsumsi anak di usia >2 tahun,” ujarnya.

Lebih jelasnya dr. Lianto juga menjelaskan tentang “Masa Keemasan” yang lebih dikenal sebagai ‘1000 hari pertama kehidupan.’ Periode ini dimulai pada saat kehamilan, kelahiran, hingga perkembangan anak 2 tahun.

Pada masa emas ini, anak sangat membutuhkan asupan gizi yang optimal karena 80 persen pembentukan otak terjadi pada usia ini, sehingga penting bagi anak untuk mendapatkan asupan karbohidrat, protein hewani, dan lemak yang cukup.

Kondisi yang menyebabkan anak enggan makan tidak serta merta menolak makan. Ada berbagai faktor, antara lain:

1. Fobia terhadap makanan baru diketahui.

2. Sakit atau memiliki kondisi medis tertentu.

3. Teralihkan perhatiannya oleh gadget, TV, dan mainan.

Penanganan kasus kesulitan makan pada anak, orang tua dapat melakukan cara-cara sebagai berikut:

1. Sediakan makanan dengan menu yang tidak monoton, dan sesuai porsi anak.

2. Sajikan makanan dengan tampilan yang menarik.

3. Atur jadwal makan yang teratur, dengan durasi makan hanya 30 menit.

4. Beri variasi rasa dan jenis makanan (mengandung karbohidrat, protein hewani, lemak).

5. Berikan camilan sehat.

6. Dalam proses makan, jangan memaksa dan memarahi anak.

7. Konsultasikan dengan dokter anak untuk mendapatkan pemantauan medis tumbuh kembang anak.

Jika anak masih kesulitan makan makanan, segera konsultasikan ke dokter anak untuk mengetahui penyebab anak susah makan sehingga diperlukan manajemen gizi, edukasi, dan action plan untuk membantu masalah anak.

“Anak yang sulit makan terkadang merasa biasa saja dengan batas waktu tertentu. Orang tua bisa menghadapinya dengan sabar, rutin memeriksakan ke dokter (karena tumbuh kembang anak itu penting), dan mencatat rekam jejak tumbuh kembang anak, terutama terkait asupan makanan dan gizi anak,” pungkas dr. Lianto. [asg/beq]


artikel berita ini telah tayang di Berita Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *